Manfaat Cokelat Bagi Kesehatan
MITOS yang sudah umum menyebutkan, cokelat adalah ‘junk food’ yang harus dijauhi karena bila berlebihan dapat menyebabkan sakit gigi, alergi, bahkan hiperaktivitas pada anak. Pada orang dewasa, bisa muncul jerawat, migrain, kegemukan, dan kolesterol tinggi.
Penemuan mutakhir menunjukkan, cokelat ternyata memiliki zat bio-aktif yang bermanfaat bagi kesehatan. Bahkan, secara psikologis konsumsi cokelat dapat menimbulkan rasa nyaman.
Cokelat berasal dari pohon cokelat (Theobroma cacao), yang berarti “food of the Gods”, sehingga masyarakat primitif menggunakan biji cokelat untuk upacara keagamaan dan komoditi berharga. Suku Olmec Indian dari Meksiko timur mengonsumsinya sejak abad ke-1 dan 2. Suku Maya dan Aztek mengonsumsi cokelat sebagai minuman.
Abad ke-16, penjajah Spanyol mengenalkan cokelat ke Eropa. Tahun 1828, ahli kimia Belanda Conrad van Houten, berhasil memisahkan bagian yang berminyak dan menggiling sisa biji menjadi bubuk cokelat. Temuan ini diikuti Joseph Fry dari Inggris yang menemukan cokelat dapat dikunyah langsung dan ahli cokelat dari Swiss Daniel Peter yang mencampur cokelat dengan susu.
Cokelat banyak digunakan untuk meningkatkan berat badan terutama pada pasien kurang gizi, merangsang sistem saraf dari kondisi apatis, serta meningkatkan fungsi ginjal dan pencernaan.
Flavonoid
Menurut temuan terbaru, cokelat adalah sumber zat bio-aktif anti-oksidan polifenol, khususnya flavonoid yang banyak manfaatnya bagi kesehatan. Sumber makanan lain yang banyak mengandung flavonoid adalah bawang bombay, apel, anggur, blueberry, dan teh. Lebih dari 4.000 jenis struktur flavonoid telah ditemukan.
Biji cokelat sebagai sumber yang kaya akan flavonoid, mengandung banyak monomer epicatechin (flavanol), dan molekul procyanidins (bentuk polimer). Beberapa studi epidemiologi menunjukkan bahwa konsumsi anggur merah, teh, dan makanan yang kaya akan flavonoid berhubungan erat dengan rendahnya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner.
Studi mutakhir melaporkan, konsumsi cokelat jangka panjang ternyata tidak meningkatkan kadar total kolesterol atau LDL (kolesterol jahat). Diduga kandungan flavonoid pada cokelat justru menjaga kesehatan jantung karena menghambat oksidasi kolesterol LDL.
Fungsi flavonoid pada cokelat juga sebagai antioksidan melalui mekanisme penangkapan senyawa radikal bebas dan menghambat oksidasi enzim-enzim seperti lipoxygenase. Dalam hal ini procyanidin adalah penangkap radikal bebas yang efektif.
Dalam studi yang dilakukan oleh Wang dan rekan-rekan, fungsi anti-oksidan dari cokelat dibuktikan dengan plasma epicatechin yang meningkat secara bermakna setelah 2 jam mengonsumsi 37 gr cokelat yang kaya akan flavonoid, dibandingkan dengan kelompok yang mengonsumsi cokelat yang kurang mengandung flavonoid dan kelompok kontrol.
Studi lain oleh Wang dan rekan-rekan menunjukkan bahwa plasma antioksidan meningkat pada sekelompok dewasa sehat setelah mengonsumsi diet 22 gr bubuk cocoa dan 16 gr cokelat selama 4 minggu.
Menghambat kolesterol
Flavonoid pada cokelat meningkatkan kadar prostasiklin. Prostasiklin adalah substansi yang diproduksi oleh endothelium pembuluh darah dan menyebabkan vasodilatasi, menghambat pembentukan platelet darah (kepingan sel-sel darah) dan gumpalan darah serta menghambat masuknya kolesterol LDL ke dalam dinding pembuluh darah.
Senyawa leukotrien menyebabkan vasokonstriksi yang berakibat menyempitnya pembuluh darah, serta mengaktifkan terbentuknya platelet darah. Rasio leukotrien/prostasiklin yang rendah merupakan keadaan yang menguntungkan bagi kesehatan karena menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan tidak terbentuknya keping-keping darah yang berlebihan, sehingga menghindari gangguan penyakit tekanan darah tinggi.
Schramm dan rekan-rekan (2000) membuktikan, cokelat yang banyak mengandung flavonoid meningkatkan kadar prostasiklin dan penurunan kadar leukotrien secara bermakna sehingga rasio leukotrien/ prostasiklin menurun. Efek ini lebih nyata setelah 2 jam mengonsumsi cokelat, yang diikuti penurunan kadar epicatechin.
Atherosklerosis (pengerasan pembuluh darah) terjadi antara lain karena meningkatnya penggumpalan keping darah atau aktivitas platelet yang dapat menyebabkan thrombosis (penyumbatan karena adanya ‘thrombus’ di pembuluh darah). Pada penelitian oleh Rein dan kawan-kawan (2000), aktivitas platelet menurun dan masa pembekuan darah meningkat setelah 2-6 jam meminum cokelat yang kaya flavonoid.
Selain memiliki efek antioksida, cokelat juga bermanfaat dalam merangsang sistem kekebalan tubuh, dengan memproduksi lebih banyak sitokin (protein yang diproduksi sebagai bagian dari sistim imun tubuh).
Namun, mengonsumsi coklat tetap tidak boleh berlebihan karena dapat merugikan kesehatan, terutama untuk kesehatan gigi. Penderita glaukoma serta kencing manis yang harus membatasi kadar gulanya, juga harus berhati-hati. Karena penelitian manfaat cokelat ini masih sedikit, maka penelitian lebih lanjut sangat diperlukan.
(dr Elvina Karyadi MSc PhD, staf pengajar SEAMEO-TROPMED, Pusat Kajian Gizi Regional Universitas Indonesia)
Mungkin berita satu ini dapat membuat para pencinta coklat bergembira, pasalnya ada sebuah penemuan mengindikasikan bahwa menikmati batangan coklat susu akan meningkatkan daya fungsi otak. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam coklat dikatakan mampu meningkatkan kesadaran dan kemampuan berkonsentrasi.
“Coklat mengandung banyak unsur yang bersifat menjadi stimulant antara lain theobromine, phenethylamine, dan kafein,” kata Bryan Raudenbush dari Universitas Wheeling Jesuit di West Virginia mengungkapkan pendapatnya kepada pers. “Senyawa-senyawa itu telah ditemukan sebelumnya bersifat meningkatkan tingkat kesadaran dan kemampuan berkonsentrasi, dan apa yang telah kita ketahui bahwa dengan mengkonsumsi coklat kita dapat memperoleh efek stimulasi tersebut, yang akan membuat peningkatan performa menta,” lanjutnya.
Raudenbush dan rekan-rekannya juga mengatakan, penelitian terhadap efek terhadap kemampuan otak terhadap sejumlah relawan yang mengkonsumsi coklat dalam beberapa jenis coklat, dalam empat kejadian terpisah yaitu kelompok pertama mengkonsumsi 85 gram batangan coklat susu, 85 gram coklat hitam, 85 gram carob, dan kelompok keempat tidak mengkonsumsi apapun.
Setelah 15 menit berselang, para relawan dalam penelitian ini menjalani beberapa tes neuropsikologis yang didesain untuk melihat perfoma kognitif, termasuk daya ingat, daya konsentrasi, kemampuan bereaksi dan kemampuan memecahkan masalah. “Nilai bagi daya ingat verbal maupun visual tertinggi bagi mereka yang masuk kelompok mengkonsumsi batangan coklat susu, dibandingkan dengan ketiga kelompok lainnya,” kata Raudenbush kepada pers.
Peningkatan daya ingat baik verbal dan visual juga terjadi di kelompok yang mengkonsumsi jenis coklat lainnya, namun hasilnya berada dibawah kelompok pertama. Dari penelitian sebelumnya, telah diketahui beberapa nutrisi dalam makanan tambahan melepas glucose yang menambah aliran darah, dimana dapat berpengaruh bagi kemampuan kognitif. Hasil penemuan terkini mendukung pendapat sebelumnya, bahkan memperjelas bahwa mengkonsumsi coklat dapat meningkatkan kinerja daya otak.